loading...
Warga saat menanam bibit Tembakau |
E-KABARI.COM, SUMENEP - Masyarakat Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep mengeluhkan matinya bibit tembakau yang sudah mereka tanam beberapa hari yang lalu.
Hal ini diakibatkan kurangnya air untuk disiramkan pada bibit tembakau. Ditambah lagi musim hujan tahun ini tidak maksimal.
Pak Niman, salah satu masyarakat setempat mengeluh karna harus membeli bibit tembakau lagi untuk menanam ulang di sawahnya.
“Saat ini mas, saya harus rugi dua kali kalau seperti ini," ujarnya.
Disisi lain air waduk tempat menyimpanan air hujan milik petani yang ada Desa Prancak ini mulai mengering dan hampir tidak bisa mengairi persawahan, karna persediaan air di bawah volume yang harus disiapkan hingga musim panen.
“Baru dua kali disini hujan, itupun hanya beberapa menit saja, ngak tahu kalau musim seperti ini mas,” ucap Niman kurang semangat.
Sementara itu, Kepala Desa Prancak, M. Subhan mengatakan, persediaan air di sejumlah sumur yang ada lahan para petani memang mulai mengering, hal ini sebenarnya yang menjadi bahan pertimbangan aparatur desa setempat.
“Jangankan untuk menyiram tembakau mas, untuk minum dan air whuduk saja kami kerepotan, banyak masyarakat yang mengambil air ke sumber payung yang ada di kecamatan ganding menggunakan jregen,” ucap Kades Subhan agak resah.
Namun menurutnya, untuk mengurangi keluhan dari masyarakat, pihaknya mengajukan permohonan pada Provinsi untuk melakukan pengeboran air di daerah Gunung Payudan Guluk-guluk.
“Sumber yang bagus itu dari selatan mas, kalo disini percuma untuk ngebor air," sambungnya.
Menurutnya, pengeboran air akan di lakukan pada awal 2019 yang akan datang, dan untuk saat ini ia berharap semoga hujan bisa datang dengan maksimal.
“Semoga saja musim hujan saat ini makasimal mas, biasanya kalo sudah bulan 6 dan 7 di desa kami ini benar-benar kering dan harus membeli ke daerah lain jika membutuhkan air bersih untuk minum dan bersuci," ucap Subhan penuh harap. (Mam/Rif)