loading...
Lina Wafia. (Foto for E-KABARI) |
Oleh: Lina Wafia*
“Digitalisasi, computing power dan data analytic telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang, yang men-disrupsi (mengubah secara fundamental) kehidupan kita. Bahkan men-disrupsi peradaban kita, yang mengubah lanskap ekonomi global, nasional, dan daerah serta laskap politik global, nasional dan daerah. Lanskap interaksi global, nasional, dan daerah. Semuanya akan berubah.”
-Presiden
RI Joko Widodo-
Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal
dunia asal Jerman, Pendiri dan Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang
mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. Dalam bukunya yang berjudul “The
Fourth Industrial Revolution”, Prof Schwab (2017) menjelaskan Revolusi Industri
4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. Berbeda dengan
revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki
skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru
yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi
semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang
mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya (1) robot
kecerdasan buatan (artificial
intelligence robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, dan (4)
teknologi komputer kuantum, (5) blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi
berbasis internet, dan (7) printer 3D.
Seperti
disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, Revolusi Industri 4.0 telah mendorong
inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan
fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tak terduga
menjadi fenomena yang akan sering muncul pada era Revolusi Industri 4.0.
Kita
menyaksikan pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online atau ojek
pangkalan vs ojek online. Publik tidak pernah menduga sebelumnya bahwa
ojek/taksi yang populer dimanfaatkan masyarakat untuk kepentingan mobilitas
manusia berhasil ditingkatkan kemanfaatannya dengan sistem aplikasi berbasis
internet. Dampaknya, publik menjadi lebih mudah untuk mendapatkan layanan
transportasi dan bahkan dengan harga yang sangat terjangkau.
Revolusi
Industri 4.0 membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk maju. Teknologi
informasi yang semakin mudah terakses hingga ke seluruh pelosok menyebabkan
semua orang dapat terhubung didalam sebuah jejaring sosial. Jalaluddin
Rakhmat
(1997:6) membagi era informasi ke dalam
lima karakteristik, yaitu Kekayaan, Teknosfer, Infosfer, Sosiosfer, dan Psikosfer. Karakteristik informasi sebagai kekayaan menunjukkan bahwa informasi
yang diterima dan dikuasai seseorang dapat dimanfaatkan untuk sarana akumulasi
kekayaan atau sumber komersialisasi. Karakteristik informasi yang kedua adalah
teknosfer atau pola lingkungan teknologi. Masyarakat di era Revolusi Industri 4.0
memiliki ketergantungan yang sangat besar dalam menggunakan teknologi
informasi. Infosfer atau bentuk lingkungan informasi
merupakan karaker ketiga dari era informasi. Daya jangkau teknologi informasi
tidak hanya berskala lokal tetapi hingga skala global.
Revolusi industri generasi empat
tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemicu revolusi indutri juga
diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kompetisi manusia vs mesin,
dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi. Dan bagi para mahasiswa harus
mampu mengentaskan hal itu, di mana
peran manusia setahap demi setahap sudah mulai diambil alih oleh mesin dan
teknologi, sehingga tidak menuntut kemungkinan hal
ini menjadi beban masalah lokal dan nasional
hingga internasional.
Sedikit flashback,
pada
tahun 2015 sejarah merekam jejak perjuangan 6 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Al Karimiyyah untuk melakukan perubahan. Keenamnya adalah, Adi Yono
(Giliyang, Dungkek), Hendiyono
(Batuputih), Misno (Batuputih), Rudi
Abadi (Batuputih), Wahyudi (Batuputih), dan Yugiek
Pratikno (Gapura).
Mereka tergerak untuk membentuk
sebuah organisasi yang bisa menampung kreativitas mahasiswa di STIT Al Karimiyyah.
Setelah berkosultasi dengan beberapa senior, akhirnya sepakat
untuk mengadakan organisasi PMII yang secara kultur masih erat hubungannya dengan
Nahdlatul Ulama (NU). Perjuangan mereka tidak hanya terhenti pada perencanaan
saja, melainkan mereka dengan semangat dan keinginan yang membara terus
berjuang untuk tercapainya misi mereka. Setelah
melalui banyak proses yang menyisakan tetesan darah dari jiwa,
tepat pada tanggal 26 April 2015 di Auditorium STIT Al Karimiyyah
terbentuklah PK PMII STIT Al Karimiyyah.
Jejak perjuangan
keenam mahasiswa tersebut adalah upaya untuk membangun sumber daya manusia di
kalangan mahasiswa. Karena sebagai agent of change,mahasiswa harus bisa melakukan perubahan secara
signifikan, agar dampak dari Revolusi Industri 4.0 ini
mampu menjadi peluang bukan menjadi beban masalah. Dan dengan kehadiran
Revolusi Industri 4.0 ini, PMII harus menyiapkan kelompok strategis
sebagai pelopor dan pengobar semangat perubahan sekaligus melakukan pembenahan
serta memperluas sayap gerakan di seluruh dunia.
Dalam konteks
ini, PMII
harus menciptakan terlebih dalu kelompok
strategis yang terdiri dari kader yang memiliki intelektualitas tinggi. Kader-kader
yang terpilih itu didiklat secara khusus dengan waktu dan metode khusus (agak
ekslusif), sehingga mereka memiliki
intelektualitas yang tinggi serta mental baja dan moralitas yang baik. Sebab jika
tidak mampu menciptakan kader-kader seperti yang tertulis di atas, maka mahasiswa
dan PMII gagal sebagai pelopor semangat
perubahan Negeri. Oleh sebab itu,
PMII sebagai pelopor semangat perubahan harus bisa mencetak kader-kader yang
hebat, sehingga bisa ditempatkan di berbagai sektor untuk menyelesaikan
beban masalah lokal, nasional dan internasional.